Anas bin Malik menceritakan sebuah kisah, "Satu hari beberapa wanita mendatangi Rasulullah saw dan bertanya: "Ya Rasulullah. Kaum lelaki kembali dengan membawa pahala perjuangan di jalan Allah; sedang kami tidak mempunyai cara untuk dapat seperti mereka?" Mendengar ini beliau pun bersabda: "Jangan takut, tenanglah kalian! Mengurus rumah tangga kalian masing-masing dengan sungguh-sungguh dapat mengejar pahala syahid di jalan Alah seperti mereka."
Walaupun pekerjaan domestik ini tak memberikan penghasilan secara langsung, tetapi memberikan manfaat sangat besar bagi seluruh anggota keluarga. Rumah yang bersih, sehat, rapi, indah dan nyaman ditinggali, tak mungkin tercipta tanpa dukungan keahlian urusan domestik. Dari surga dunia inilah muncul ide-ide brilyan dari seluruh anggota keluarga tersebut dalam bidang masing-masing. Ayah menemukan semangat bekerja dari kenyamanan tidur dan istirahatnya di rumah.
Anak-anak pun menemukan keriangannya bermain dan belajar dari suasana rumah yang ditata bersih dan menyenangkan. Anda yang ingin lebih menyelami makna pentingnya urusan domestik ini, cobalah untuk berhenti satu atau dua hari saja untuk tidak menyapu dan mengepel rumah, tidak mencuci dan menyeterika baju, serta tidak memasak di dapur.
Bagaimana jadinya keluarga Anda? Satu poin lagi untuk urusan domestik yang kerap dianggap sepele, adalah merawat dan mendidik anak. Salah sama sekali jika menganggap ini hal yang mudah dan remeh. Sebuah anggukan wajah, atau sekedar senyumam di ujung bibir, juga belaian tangan ibu di pundak anak, ternyata sangat menentukan bagi puluhan ribu hari berikutnya yang masih harus ia lewati. Satu detik keikhlasan ibu merawat anak, bisa menjadi bibit keuntungan jutaan rupiah yang kelak didapatkan anak dari kesuksesannya setelah dewasa.
Beratnya beban urusan domestik ini, nampaknya seimbang dengan janji syahid yang diberikan oleh Allah swt kepada kaum ibu yang menunaikannya dengan baik. Pekerjaan ini bisa menjadi salah satu alternatif tercepat memperoleh surga bagi mereka. Begitu mulianya pekerjaan ini sehingga Rasulullah memberikan dorongan penuh kepada putri tercintanya, Fatimah ra, untuk tidak meninggalkan peran ini, walau seberat apapun beban yang harus ditanggungnya.
Fatimah sang putri, yang bersuamikan Ali bin Abi Thalib, hidup dalam keadaan miskin, sehingga ia harus membanting tulang untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Diriwayatkan Abu Daud bagaimana Ali mengisahkan tentang istrinya ini, "Suatu ketika Fatimah putri Nabi saw berada di dekatku. Dia memutar gilingan hingga lecet tangannya, dia memanggul girbah air hingga lecet pundaknya, dan dia menyapu rumah hingga berdebu pakaiannya." Dalam riwayat Abu Daud yang lain ditambahkan; "Fatimah membuat roti sehingga warna mukanya berubah (terkena arang)."
Suatu ketika Ali mendesak istrinya untuk memohon kepada ayahandanya agar diberi bantuan seorang hamba yang diperoleh Rasulullah saw sebagai hasil jarahan perang, demi meringankan pekerjaan-pekerjaannya. Namun Rasulullah menolak permintaan putri tercintanya itu, sambil membesarkan hati Fatimah dan Ali dengan mengatakan, "Maukah kalian aku beritahu mengenai sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta? Apabila kalian sudah siap di tempat tidur kalian, maka hendaklah kalian baca tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga kali, dan takbir tiga puluh empat kali. Hal itu lebih baik buat kalian dari pada seorang pelayan." (HR Bukhari dan Muslim). Rupanya beliau menginginkan Fatimah memperoleh surganya dengan melalui ujian dalam rumah tangganya tersebut.
Apa Kewajiban Suami? Suami telah diberi amanah oleh Allah untuk menjadi pemimpin keluarga. (An Nisa' 24). Agar kewajiban itu dapat terlaksana, maka istri sebagai anggota keluarga wajib mendukung kewajiban suami tersebut. Bagaimana caranya memberi dukungan? Yaitu dengan memberikan ketaatannya kepada sang pemimpin keluarga. Untuk mempertegas hal tersebut, melalui beragam haditsnya, Rasulullah telah mempertegas kewajiban istri untuk taat kepada suami. Semua itu diatur agar kepemimpinan suami bisa terlaksana dengan baik.
Dianalogikan dengan keseimbangan tersebut, maka jika ternyata istri mengemban kewajiban menjadi manajer rumah tangga yang mengurus anak dan urusan domestik rumah tangga, maka suami pun wajib pula mendukungnya. Sama persis seperti dukungan yang diberikan istri untuk taat kepadanya, dalam rangka mendukung kewajibannya sebagai pemimpin keluarga. Lantas, bagaimana bentuk dukungan yang wajib diberikan suami untuk menyukseskan tugas istri dalam menangani urusan domestik ?
Yaitu, dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan istri dalam melaksanakan tugasnya tersebut. Kewajiban suamilah untuk mencukupi fasilitas tersebut, sesuai dengan kemampuannya dalam mencari nafkah. Keberadaan fasilitas seperti mesin cuci, almari es dan kompor gas, misalnya, tentu saja akan sangat membantu meringankan pekerjaan urusan domestik. Atau dengan menggaji orang yang membantu meringankan pekerjaan teknis operasional rumah tangga sehari-hari. Semakin banyak fasilitas bisa diberikan tentu lebih baik, karena akan meringankan beban istri, sehingga istri bisa memiliki waktu dan tenaga lebih banyak untuk bisa dipergunakan menangani pekerjaan-pekerjaan lain baik untuk keluarga ataupun untuk ummat. Rasulullah saw sendiri menyediakan pelayan khusus untuk mengatur urusan kerumahtanggaan istri-istri beliau. Sementara masing-masing istri pun memiliki pula budak-budak perempuan yang senantiasa menemani dan memberikan bantuan. Hal ini membuat Aisyah ra bisa meluangkan waktu untuk mempelajari berbagai sisi keilmuan dan melayani kebutuhan kaum muslimah sehingga nantinya ia menjadi ahli hadits dan menjadi guru dari banyak sahabat. Istri Rasulullah saw yang lain, seperti Hafshah, sempat mempelajari keahlian menulis kaligrafi, sementara Zainab berkonsentrasi membuka usaha ketrampilan tangan di rumahnya sehingga bisa memperoleh penghasilan sendiri.
Lantas bagaimana jika nafkah yang diperoleh suami tak mencukupi untuk memberikan fasilitas tersebut? Tak mengapa, karena banyaknya fasilitas tak bisa ditetapkan dengan standar tertentu. Semuanya tergantung dari perolehan penghasilan masing-masing keluarga. Jika memang rejeki keluarga tersebut sedikit, maka suami wajib mendukung tugas istri dengan memberikan bantuan langsung.
Rasulullah saw memberi contoh dengan sesekali mengurus sendiri keperluan-keperluannya. Beliau menjahit sendiri baju-baju yang sobek. Tentang bantuan itu, Aisyah berkata, "Beliau yang menjahit kainnya, menjahit sepatunya, dan mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki di rumah mereka." (HR Bukhari) Dari al-Aswad, dia berkata; "Aku pernah bertanya kepada Aisyah mengenai apa yang dilakukan oleh Nabi saw di rumah beliau. Aisyah mengatakan; `Beliau biasanya suka membantu urusan keluarganya. Lalu bila waktu shalat tiba, beliau pergi untuk mengerjakan shalat.' (HR Bukhari)•
Kiriman sdr. M Zoehry tgl 31/okt/2003
Selasa, 29 Juli 2008
Profesi Mulia Yang Ditinggalkan Wanita Bagian 2 (Habis)
Kamis, 12 Juni 2008
Jika Kau Menjadi Istriku Nanti
Author: Abu Aufa
Jika seorang lelaki ingin menarik hati seorang wanita, biasanya yang ditebarkan adalah berjuta-juta kata puitis bin manis, penuh janji-janji untuk memikat hati, "Jika kau menjadi istriku nanti, percayalah aku satu-satunya yang bisa membahagiakanmu," atau "Jika kau menjadi istriku nanti, hanya dirimu di hatiku" dan "bla...bla...bla..." Sang wanita pun tersipu malu, hidungnya kembang kempis, sambil menundukkan kepala, "Aih...aih..., abang bisa aja." Onde mande, rancak bana !!!
Lidah yang biasanya kelu untuk berbicara saat bertemu gebetan, tiba-tiba jadi luwes, kadang dibumbui 'ancaman' hanya karena keinginan untuk mendapatkan doi seorang. Kalo ada yang coba-coba main mata ama si doi, "Jangan macem-macem lu, gue punya nih!" Amboi... belum dinikahi kok udah ngaku-ngaku miliknya dia ya? Lha, yang udah nikah aja ngerti kalo pasangannya itu sebenarnya milik Allah SWT.
Emang iya sih, wanita biasanya lebih terpikat dengan lelaki yang bisa menyakinkan dirinya apabila ntar udah menikah bakal selalu sayang hingga ujung waktu, serta bisa membimbingnya kelak kepada keridhoan Allah SWT. Bukan lelaki yang janji-janji mulu, tanpa berbuat yang nyata, atau lelaki yang gak berani mengajaknya menikah dengan 1001 alasan yang di buat-buat.
Kalo lelaki yang datang serta mengucapkan janjinya itu adalah seseorang yang emang kita kenal taat ibadah, akhlak serta budi pekertinya laksana Rasulullah SAW atau Ali bin Abi Thalib r.a., ini sih gak perlu ditunda jawabannya, cepet-cepet kepala dianggukkan, daripada diambil orang lain, iya gak? Namun realita yang terjadi, terkadang yang datang itu justru tipe seperti Ramli, Si Raja Chatting, atau malah Arjuna, Si Pencari Cinta, yang hanya mengumbar janji-janji palsu, lalu bagaimana sang wanita bisa percaya dan yakin dengan janjinya?
Nah...
Berarti masalahnya adalah bagaimana cara kita menjelaskan calon pasangan untuk percaya dengan kita? Pusying... pusying... gimana caranya ya? Ih nyantai aja, semua itu telah diatur dalam syariat Islam kok, karena caranya bisa dengan proses ta'aruf. Apa sih yang harus dilakukan dalam ta'aruf? Apa iya, seperti ucapan janji-janji seperti diatas?
Ta'aruf sering diartikan 'perkenalan', kalau dihubungkan dengan pernikahan maka ta'aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses khitbah dan pernikahan. Karena itu perbincangan dalam ta'aruf menjadi sesuatu yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya. Pada tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri, cocok gak ya dengan dirinya. Lalu, apa aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat ta'aruf?
1. Keadaan Keluarga
Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga masing-masing, berapa jumlah sodara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Bukan apa-apa, siapa tahu dapat calon suami yang anak tunggal, bokap ama nyokap kaya 7 turunan, sholat dan ibadahnya bagus banget, guanteng abis, lagi kuliah di Jepang (ehm), pokoknya selangit deh! Kalo ketemu tipe begini, sebelum dia atau mediatornya selesai ngomong langsung kasih kode, panggil ortu ke dalam bentar, lalu bilang "Abi, boljug tuh kaya' ginian jangan dianggurin nih. Moga-moga gak lama lagi langsung dikhitbah ya Bi, kan bisa diajak ke Jepang!" Lho? :D
2. Harapan dan Prinsip Hidup
Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga lho, terutama sang suami karena ia adalah qowwan dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpin ia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya lempeng atau sradak-sruduk, itu adalah kemahirannya dalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon pasangan kudu tau harapan dan prinsip hidup masing-masing. Misalnya nih, "Jika kau menjadi istriku nanti, harapanku semoga kita semakin dekat kepada Allah" atau "Jika kau menjadi istriku nanti, mari bersama mewujudkan keluarga sakinah, rahmah, mawaddah." Kalo harapan dan janjinya seperti ini, kudu' diterima tuh, insya Allah janjinya disaksikan Allah SWT dan para malaikat. Jadi kalo suatu saat dia gak nepatin janji, tinggal didoakan, "Ya Allah... suamiku omdo nih, janjinya gak ditepatin, coba deh sekali-kali dianya...," hush...! Gak boleh doakan suami yang gak baik lho, siapa tahu ia-nya khilaf kan?
3. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai
Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau apa yang kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami, karena toh udah dijelaskan dari awalnya. Dalam pelayaran bahtera rumah tangga butuh saling pengertian, contoh sederhananya, istri yang suka masakan pedas sekali-kali masaknya jangan terlalu pedas, karena suaminya kurang suka. Suami yang emang hobinya berantakin rumah (karena lama jadi bujangan), setelah menikah mungkin bisa belajar lebih rapi, dll. Semua ini menjadi lebih mudah dilakukan karena telah dijelaskan saat ta'aruf. Namun harus diingat, menikah itu bukan untuk merubah pasangan lho, namun juga lantas bukan bersikap seolah-olah belum menikah. Perubahan sikap dan kepribadian dalam tingkat tertentu wajar aja-kan? Dan juga hendaknya perubahan yang terjadi adalah natural, tidak saling memaksa.
4. Ketakwaan Calon Pasangan
Apa yang terpenting pada saat ta'aruf? Yang mestinya menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan lelaki tersebut. Ketakwaan disini adalah ketaatan kepada Allah SWT lho, bukan nilai 'KETAKutan WAlimahAN' :D Karena apabila seorang lelaki senang, ia akan menghormati istrinya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak suka berbuat zalim kepadanya. Gimana dong caranya untuk melihat lelaki itu bertakwa atau tidak? Tanyakan kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga dekat, atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga atau orang yang lebih tua, dan lain-lain. Apalagi bila lelaki itu juga rajin melakukan ibadah sunnah, wah... yang begini ini nih, 'calon suami kesayangan Allah dan mertua.'
Inget lho, ta'aruf hanyalah proses mengenal, belum ada ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang namanya khitbah. Nah kadang jadi 'penyakit' nih, karena alasan "Kan masih mau ta'aruf dulu..." lalu ta'rufnya buanyak buanget, sana-sini dita'arufin. Abis itu jadi bingung sendiri, "Yang mana ya yang mau diajak nikah, kok sana-sini ada kurangnya?"
Wah..., kalo nyari yang mulia seperti Khadijah, setaqwa Aisyah atau setabah Fatimah Az-Zahra, pertanyaannya apakah diri ini pun sesempurna Rasulullah SAW atau sesholeh Ali bin Abi Thalib r.a.? Nah lho...!!!
Apabila hukum pernikahan seorang laki-laki telah masuk kategori wajib, dan segalanya pun telah terencana dengan matang dan baik, maka ingatlah kata-kata bijak, 'jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan?'
Ya akhi wa ukhti fillah,
Semoga antum segera dipertemukan dengan pasangan hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada air mata yang menetes, semoga itu adalah air mata kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin.
Barakallahulaka barakallahu'alaika wajama'a bainakuma fii khairin.
Wallahu a'lam bishowab,
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
Abu Aufa
Kiriman sdri. Nita Nuraini tgl 11 Juni 2008
Kamis, 05 Juni 2008
Lemah Lembut Dan Menahan Amarah
Kelemah lembutan adalah akhlak yang mulia. Ia berada diantara dua akhlak yang rendah dan jelek, yaitu kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba menghadapi masalah hidupnya dengan kemarahan dan emosional, akan tertutuplah akal dan pikirannya yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak diridhoi Allah Ta'ala dan rasul- Nya. Dan jika hamba tersebut menyelesaikan masalahnya dengan kebodohan dirinya, niscaya ia akan dihinakan manusia. Namun jika ia hadapi dengan ilmu dan kelemahlembutan, ia akan mulia di sisi Allah Ta'ala dan makhluk-makhluk-Nya. Orang yang memiliki akhlak lemah lembut ini, Insya Allah akan dapat menyelesaikan problema hidupnya tanpa harus merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak mulia ini dapat dimulai dengan menahan diri ketika marah dan mempertimbangkan baik buruknya suatu perkara sebelum bertindak. Karena setiap manusia tidak pernah terpisah dari problema hidup, jika ia tidak membekali dirinya dengan akhlak ini, niscaya ia akan gagal untuk menyelesaikan problemnya. Dengan agungnya akhlak ini hingga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan sabdanya : " Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yakni sifat lemah lembut (sabar) dan ketenangan (tidak tergesa-gesa)." (H.R Muslim). Akhlak mulia ini terkadang diabaikan oleh manusia ketika amarah telah menguasai diri mereka, sehingga tindakannya pun berdampak negatif bagi dirinya ataupun orang lain. Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dari sifat marah yang tidak pada tempatnya, sebagaimana beliau bersabda kepada seseorang sahabat yang meminta nasehat : " Janganlah kamu marah." Dan beliau mengulangi berkali-kali dengan bersabda : "Janganlah kamu marah." (HR. Bukhari). Dari hadist ini diambil faedah bahwa marah adalah pintu kejelekan, yang penuh dengan kesalahan dan kejahatan, sehingga Rasulullah mewasiatkan kepada sahabatnya itu agar tidak marah.
Tidak berarti manusia dilarang marah secara mutlak. Namun marah yang dilarang adalah marah yang disebabkan oleh dorongan hawa nafsu yang menyebabkan pelakunya melampaui batas dalam berbicara, mencela, mencerca dan menyakiti saudaranya dengan kata-kata yang tidak terpuji, yang mana sikap ini menjauhkannya dari kelemah lembutan. Didalam hadist yang shahih Rasulullah bersabda : "Bukanlah dikatakan seorang yang kuat dengan bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah." (Muttafaqun 'Alaih).
Ulama telah menjelaskan berbagai cara untuk menyembuhkan penyakit marah yang tercela yang ada pada seorang hamba, yaitu :
1. Berdoa kepada Allah "Azza wa Jalla yang membimbing dan menunjuki hamba-hamaba- Nya ke jalan yang lurus dan menghilangkan sifat-sifat jelek dan hina dari diri mereka. Allah berfirman : "Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan." (Ghafir : 60).
2. Terus menerus berdzikir pada Allah seperti membaca Al-Qur'an, bertasbih,
bertahlil dan istighfar karena Allah telah menjelaskna bahwa hati manusia akan tenang dan tentram dengan mengingatn-Nya. Dia berfirman : "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram." (Ar-Ra'd : 28).
3. Mengingat nash-nash yang menganjurkan untuk menahan amarah dan balasan bagi orang yang mampu menahan amarahnya, seperti sabda Nabi : "Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, (kelak di hari kiamat) Allah akan memanggilnya dihadapan para makhluk-Nya hingga menyuruhnya memilih salah satu dari bidadari surga, dan menikahkannya dengan hamba tersebut sesuai dengan kemauannya." (HR. Tirmidzi, ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat Shahihul jami' No.6398).
4. Merubah posisi ketika marah, seperti jika ia marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya ia duduk, dan jikalau ia duduk hendaklah ia berbaring, sebagaimana perintah Rasulullah dalam sabda beliau : "Apabila salah seorang diantara kalian marah sedangkan ia dalam posisi berdiri, maka hendaklah ia duduk. Kalau telah reda/hilang marahnya (maka cukup dengan duduk saja), dan jika belum hendaklah berbaring." (Al-Misykat 5114).
5. Berlindung dari setan dan menghindar dari sebab-sebab yang akan membangkitkan kemarahannya. Demikianlah jalan keluar untuk selamat dari marah yang tercela. Dan betapa indahnya perilaku seorang muslim jika dihiasi dengan kelemah lembutan dan kasih sayang, karena tidaklah kelemah lembutn berada pada suatu perkara melainkan akan membuatnya indah. Sebaliknya, bila kebengisan dan kemarahan ada pada suatu urusan niscaya akan menjelekkannya. Yang demikian ini telah disabdakan oleh
Rasulullah dalam hadist berikut : "Tidaklah kelembutan itu berada pada sesuatu kecuali akan menjadikannya jelek. "(HR. Muslim) Allah Subhanahu wa ta'ala mencintai kelembutan, sebagaimana sabda Rasulullah : " Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyenangi kelembutan dalam segala usrusan. Dan Dia memberikan pada kelembutan apa yang tidak diberikan-Nya kepada kebengisan."(HR. Muslim). Bersegeralah menghiasi diri dengan akhlak terpuji yang dimiliki rasulullah dan dicintai Allah ini. Dan
jauhilah kemarahan, kebengisan dan ketidak ramahan, karena yang demikian akan menghinakan derajat pelakunya dan membuat keonaran dikalangan manusia serta menimbun dosa disisi Allah ta'ala. Ingatlah selalu sabda Rasulullah :
"Barangsiapa yang dihalangi untuk berakhlak lembut, maka ia akan dihalangi dari seluruh kebaikan."(HR Muslim)
Wallahu a'lam
Kiriman sdr. Fajar Sidiq tgl 26/jan/2006
Jumat, 30 Mei 2008
Keistimewaan Wanita : Syahid karena mati hamil
Dari Jabir bin 'Atik, Rasulullah saw. bersabda: "Mati syahid ada tujuh, selain mati terbunuh dalam perang fii sabilillah, yaitu: (1) mati karena penyakit tha'un , (2) mati karena tenggelam ,(3) mati karena penyakit lambung ,(4) mati karena sakit perut, (5) mati karena terbakar, (6) mati karena tertimpa reruntuhan, dan (7) perempuan yang mati karena hamil/melahirkan." (HR.Ahmad,Abu Dawud,Nasa'i,dan Malik)
Rasulullah saw. menjelaskan betapa istimewanya nasib wanita yang hamil jika dia meninggal dalam masa hamilnya. Allah memberikan jaminan kepada yang bersangkutan mendapatkan surga sebagaimana janji yang Allah berikan kepada kaum laki-laki yang mati syahid di medan perang untuk membela agama Allah. Kedudukan yang demikian tinggi bagi wanita yang meninggal saat melahirkan menunjukkan betapa besar harkat yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada kaum wanita.
Kaum wanita mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam pengembangbiakan jenis manusia yang Allah tempatkan di muka bumi ini. Pengembangbiakan hanya dapat berjalan secara wajar melalui kehamilan kaum wanita dari suami-suami mereka. Kesediaan kaum wanita untuk hamil dengan resiko yang sangat tinggi layak sekali, bahkan sudah seharusnya mendapatkan balasan yang besar pula dari Allah. Balasan yang seimbang dengan resiko yang dipikul oleh kaum wanita yang hamil adalah surga di akhirat kelak.
Kaum wanita muslim seharusnya menyadari bahwa kehamilan mempunyai fungsi yang sangat strategis karena alasan berikut:
1. Dengan kehamilan, manusia mengemban amanat Allah untuk mengembangbiakkan jenis manusia yang Allah tempatkan di muka bumi ini sebagaimana Allah firmankan dalam QS. An-Nisaa'(4):1
"Wahai manusia, taatlah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari satu diri dan Dia menciptakan dari satu diri itu pasangannya dan dari mereka berdua Dia kembang biakkan laki-laki dan wanita yang banyak..."
2. Kehamilan merupakan buah dari penyaluran dorongan seksual laki-laki dan wanita secara bersih dan sehat pada tempat yang telah Allah siapkan bagi tumbuhnya benih baru manusia. Dengan demikian, pergaulan antara laki-laki dan wanita terikat dalam satu tanggung jawab yang pasti untuk membangun kehidupan yang dikehendaki olah Allah
3. Kehamilan menyempurnakan sifat kewanitaan seorang wanita karena dengan kehamilan itu ia dapat merasakan proses memelihara anak yang ada di dalam kandungan yang kelak akan lahir ke bumi. Anak-anak ini memerlukan perlindungan, pemeliharaan, kasih sayang, asuhan, dan didikan secara terus menerus dan tanpa kenal lelah. Untuk itu, perlulah wanita memiliki pengalaman dengan penuh penderitaan dalam menghayati proses kejadian manusia supaya kelak setelah anaknya lahir dapat melindunginya dengan sempurna. Dengan penghayatan, pengalaman, dan penderitaan yang selalu melekat pada diri wanita yang hamil, tumbuhlah perasaan kasih sayang yang sangat mendalam kepada putra-putrinya sehingga mereka terus didampingi dan diharapkan pada tujuan hidup yang berbahagia
Karena alasan-alasan inilah Allah memberikan kelebihan kepada kaum wanita sehingga bila ia mati dalam masa hamilnya, ia mendapatkan keistimewaan yang luar biasa dihadapan Allah. Ia menjadi seorang syahid yang mendapatkan jaminan surga. Akan tetapi, bila kehamilannya dari hasil zina, matinya saat hamil atau melahirkan ini adalah mati sia-sia.
Kiriman sdr. M Zoehry tgl 19/des/2003
Rabu, 21 Mei 2008
Hikmah Al Qur'an : Al Fatihah ayat 2 :
Bila kita dipuji, segeralah ingat aib, dosa, maksiat dan kekurangan yang kita miliki agar kita tidak terkecoh. Segeralah memuji Allah yang menutupinya
Kiriman Ibu Sri Wahyuningsih tgl 26/sept/200
Kisah Anak Elang
Pada suatu hari, ada seekor elang yang sedang bertelur disebuah tebing. Namun pada suatu ketika salah satu telur elang itu jatuh tanpa sepengetahuan elang tersebut, dan jatuh turun terus kebawah sampai akhirnya masuk kedalam sebuah kandang ayam.
Didalam kandang tersebut kebetulan ada seekor ayam yang sedang mengerami telurnya. Lalu ayam tersebut melihat telur elang yang tadi. Si Induk ayam berikir bahwa salah satu telurnya keluar, lalu ia mencoba memasukkan kembali kedalam eramannya.
Dan suatu ketika akhirnya telur2 yang dierami si induk ayam menetas. Si anak elang berfikir bahwa ayam tsb adalah induknya, dan Induk ayam tersebut juga berfikiran yang sama.
Akhirnya anak elang tersebut hidup mengikuti cara hidup ayam sampai ia dewasa. Lalu tanpa sengaja ia melihat seekor elang yang terbang di angkasa. Dan anak elang itu berfikir dan berkata kepada anak2 ayam yang lain, dia bilang: "Enak ya menjadi elang bisa terbang diangkasa kesana-kemari". Dan anak2 anak ayam menjawab: "Dia kan elang sedangkan kamu hanya seekor ayam, sudahlah enggak ngimpi bisa terbang, kamu khan ayam bukan elang. Akhirnya anak elang itu down mentalnya.
Beberapa hari kemudian ia melihat lagi seekor elang sedang terbang dengan asyiknya muter2 di angkasa yang luas, dan anak2 ayam yang lain menghampiri seraya berkata: " Kamu sedang lihat apa? Kamu pengen terbang? sudahlah nggak usah ngimpi. kamu itu hanyalah seekor ayam,
sedangkan yang terbang diatas itu adalah seekor elang. Kamu harus ingat bahwa kamu itu ayam, bukan elang. Akhirnya kembali down mental anak elang tersebut.
Esok harinya, lusanya, setiap anak elang tsb melihat elang yang terbang diatas, selalu anak ayam yang lain berkata: "Kamu itu ayam, bukan elang, sudahlah enggak usah ngimpi, kamu enggak akan bisa terbang".
Akhirnya anak elang tersebut membuang jauh2 impiannya dan tidak pernah mencoba untuk belajar terbang. Dan ia hidup dengan mengikuti cara hidup ayam sampai pada akhirnya anak elang tersebut mati. Dan ia mati sebagai ayam, bukan seabagai elang, yang padahal semestinya ia bisa terbang sesuai dengan impiannya, akan tetapi tidak ia dapatkan.
Moral cerita ini adalah bahwa sebenarnya kita disiapkan sukses oleh Allah SWT karena sesungguhnya sudah diilhami segala potensi pada diri kita, sebenarnya kita dilahirkan seperti seekor elang, tapi sayangnya kita hidup dilingkungan para ayam. yang kerap kali kita memiliki
impian baik yang besar, selalu banyak yang berkata sudahlah: "mendingan nggak usah, ngabisin waktu aja, ngabisin tenaga aja, saya sebagai teman mengingatkan, dari pada nanti kamu rugi, resikonya besar, atau segala tetek bengek yang keluar dari para ayam."
Kalau kita ingin sukses megejar cita2 atau impian kita, tidak usah hirakuan orang lain yang menganggap kita tidak bisa. Kita bisa kalau kita merasa yakin, memiliki tujuan yang gigih, berani serta istiqamah dalam menggapai sesuatu yang dikaruniakan Allah.
Aa Gym bilang Kita bisa sukses kalau kita mau bekerja keras, bekerja cerdas, dan juga bekerja ikhlas. Bekerja keras urusan fisik, bekerja cerdas urusan otak, dan bekerja ikhlas adalah urusan hati.
Jadi kita semua bisa meraih cita2 yang baik kalau kita mau berusaha dan berdoa kepada Allah SWT. Mari kita sama2 sukseskan Islam dengan cara menyukseskan orang lain
dan diri sendiri.
Kita semua bisa, sukses untuk kita semua,
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
kiriman sdr. Agung Prasetyo dari M Arief Budiman dari Mahmud M Munir dari hidayatullah .com
Selasa, 06 Mei 2008
Profesi Mulia Yang Ditinggalkan Wanita (Bagian 1 dari 2 tulisan)
Imbalannya surga, dan penentu masa depan bangsa. Tapi mengapa banyak ditinggalkan perempuan-perempuan modern? Urusan domestik, hingga saat ini masih menjadi cibiran orang. Pekerjaan urusan teknis kerumah-tanggaan ini hanya dianggap sepele dan dipandang sebelah mata saja oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Itu sebabnya kaum feminis memperjuangkan agar kaum wanita tidak dikaplingkan untuk urusan domestik saja. Kelompok ini sangat menginginkan peningkatan harkat dan martabat kaum wanita agar sejajar sebagai mitra kaum laki-laki.
Yang mereka definisikan sebagai peningkatan harkat dan martabat wanita itu, satu diantaranya adalah pembebasan kaum wanita dari pengkotakan peran sebagai ibu rumah tangga. Menurut mereka, peran tersebut memberikan citra rendah pada diri wanita, sehingga untuk mengangkat citra dirinya, mereka menuntut untuk lepas dari tanggung jawab yang dianggap memalukan itu.
Dianggap memalukan, salah satunya karena pekerjaan urusan domestik tersebut tidak menghasilkan pemasukan keuangan, padahal selama ini umumnya seseorang dihargai sesuai prestasinya dalam mengumpulkan uang. Apalagi secara sepintas, urusan domestik tersebut hanya berupa kegiatan teknis kasar dan kotor, sehingga tak pantas dikerjakan oleh orang terhormat.
Kewajiban siapa? Opini yang berkembang di tengah masyarakat tentang citra buruk dan rendah dari pekerjaan urusan domestik ini, menjadi penyebab dari enggannya para wanita terpelajar untuk mengakuinya sebagai kewajibannya. Dan dengan berdalih dasar teori peran ganda suami, mereka menuntut agar bisa melepaskan diri dari tanggung jawab domestik tersebut.
Secara bijak, Islam sudah pula menyinggung permasalahan ini dalam pedoman hidup Al-Qur'an dan Al-Hadits. Abdul Halim Abu Syuqqah, menyebutkan dalam bukunya, Tahrirul Mar-ah fi `Ashir Risalah, bahwa seorang wanita berkewajiban mengurus rumah tangga dan anak-anaknya sebaik mungkin. Dengan demikian kegiatan profesi tidak boleh sampai menghalanginya melaksanakan tanggung jawab ini.
Dari Abdullah bin Umar ra dikatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "....dan seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka......" (HR Bukhari Muslim) Dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah bersabda; "Sebaik-baik wanita yang mengendarai unta adalah wanita Quraisy".
Dalam riwayat lain disebutkan, "Wanita Quraisy yang saleh adalah wanita yang sangat menyayangi anaknya yang masih kecil dan sangat menjaga suaminya dalam soal miliknya." (HR Bukhari) Jelas, posisi kaum ibu adalah sebagai `pemimpin bagi rumah suami' dan `pemimpin anak-anak'.
Kalau orang sekarang kerap menyebut istilah pemimpin dengan sebutan direktur atau manajer, maka tak salah pula jika profesi ibu di rumah pun disebut sebagai manajer rumah tangga. Ruang lingkup tugasnya adalah memelihara rumah dan harta yang ada di dalamnya, dan merawat anak-anak. Tentu saja, urusan domestik ada di dalamnya. Kelak, kaum ibu akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt tentang kepemimpinannya itu.
Dalam pandangan Islam, urusan domestik keluarga memiliki peran dan fungsi yang penting dan terhormat dalam mendukung kesuksesan keluarga. Begitu hebatnya Islam menjunjung tinggi pekerjaan ini, hingga menyamakan derajatnya dengan kewajiban pergi berperang bagi kaum laki-laki, yang menjanjikan syahid bagi mereka.
Kiriman sdr. M Zoehry tgl 24/okt/2003
HARI AKHIR (KIAMAT)
Sesungguhnya Allah memisahkan antara ruh dan tubuh dengan kematian,
kemudian mengembalikan ruh ke dalam tubuh ketika manusia dibangkitkan dari
kuburnya dan dikumpulkan. Allah membangkitkan penghuni kubur dan
menampakkan apa yang ada didalam dada. Setiap mukallaf (orang dewasa dan
berakal sehat) akan melihat amal baiknya atau amal buruknya dihadirkan. Ia
akan mendapati detil amalnya tertulis dalam "kitab amal" yang tidak
meninggalkan perbuatan kecil maupun besar, melainkan ia mencatatnya.
Masing-masing orang akan mengetahui kadar amalnya, baik maupun buruk dengan
timbangan yang benar yang disebut "Mizan". Timbangan amal tidak sama dengan
timbangan pengukur berat barang, alat pengukur waktu, penggaris pengukur
jarak, ilmu arudh parameter ketepatan syair dan alat-alat pengukur lainnya.
Kemudian Allah menghisab mereka atas perbuatan, perkataan, rahasia, kata
hati, niat dan akidah mereka, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Mereka akan menemui perlakuan yang berbeda-beda dalam hisab itu. Ada yang
dihisab secara rinci, ada yang mendapat kemudahan, ada yang masuk surga
tanpa dihisab. Mereka digiring ke "Shirath", yaitu jembatan yang terbentang
di antara tempat tinggal orang-orang yang celaka dan orang-orang yang
bahagia, yang lebih tajam daripada pedang, lebih lembut daripada rambut. Ia
bisa diseberangi dengan mudah oleh siapapun yang selama didunia menempuh
jalan lurus yang sama dengan "Shirath" dalam hal kesamaran dan
kelembutannya. Dan siapapun yang menyimpang dari jalan yang lurus akan
tergelincir, kecuali jika ia dimaafkan dengan kemurahan-Nya.
Bila anda mau detailnya masalah : "Hari Kiamat, Yaumul Hisab, Surga dan
Neraka" saya ada kumpulan terjemah dari ayat-ayat Al Qur'an, masing-masing
terpisah mengenai bab tersebut, bila anda mau kirim e-mail kesaya, insya
Allah akan saya kirim.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga tulisan ini dapat menambah
keimanan kita, agar bisa menancap dihati kita yang paling dalam , supaya
tidak tergangu oleh ilah-ilah yang lain kecuali Allah Swt yang selalu
didalam hati kita, semoga sampai diakhir hayat kita, sehingga kita mati
dalam keadaan Khusnul Khotimah, insya Allah.
Alhamdulillaahirrabbil'alamiin, Wassalamu'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh. Sukarman.
Barang siapa yang mau beramal shaleh, tolong tulisan ini diforward ke kawan
atau sanak saudara kita.
Saya belajar, saya beramal, saya berdakwah dan saya berusaha menjadikan
orang lain berbuat sama, insya Allah.
Sumber: Al Qur'an dan Kitabul Al-Arba'in fii Ushuliddin karya Imam
Al-Ghazali, yang diterjemahkan oleh Zaid Husein Alhamid.
Kiriman sdr. Sutiknya tgl 05/feb/2004
Selasa, 29 April 2008
Perempuan tua dan Shalawatnya
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua
penjual bunga cempaka. Setiap hari, dengan berjalan kaki,
Ia pergi menjual bunga ke pasar yang berjarak cukup jauh dari
rumahnya.
Usai jualan, didalam perjalan pulang, ia selalu mampir ke masjid
Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat
Zhuhur. Setelah membaca berdoa sekedarnya, ia keluar masjid dan
membungkuk-bungkuk di halaman masjid.
Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid.
Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu.
Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya
membasahi seluruh tubuhnya. Banyak pengunjung masjid jatuh iba
kepadanya.
Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan
dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia
datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan
pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ.
Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan
mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya.
Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.
"Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan
kepadaku untuk membersihkannya."
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti
biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan
itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan
tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai
yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan
ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia
itu. "Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal
saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak
mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat RosulAlloh SAW.
Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat
kepada RosulAlloh SAw. Kelak jika saya mati, saya ingin RosulAlloh SAW
menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan
salawat kepadanya."
Kisah ini membuat bulu kuduk saya merinding.
Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul
dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati,
kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt.
Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur:
Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat
Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
Insya Allah, bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
( kiriman sdr. Widodo K tgl 06 /okt / 2003 )
Ashiram bin Abdil Asyhal
Dia Termasuk Ahli Surga
PERANG Badar telah usai. Kemenangan gemilang berpihak kepada kaum Muslimin. Padahal, semua musuh Islam bahkan dunia tahu, bahwa Islam belum lama tumbuh. Pengikutnya pun belum seberapa banyak.
Sukses perang yang pertama dalam Islam itu ditegaskan Allah SwT dalam al-Qur’an, “Agar Tuhan membuktikan yang hak (Islam) itu benar, dan membuktikan kepalsuan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukai.” (QS al-Anfaal: 8)
Memang, misi utama dari skenario perang yang dijalankan oleh Allah SwT adalah untuk membuktikan kebenaran risalah-Nya. Dan hal itu terbukti di Badar, tempat yang dijadikan medan bagi perang antara kedua belah pihak. Kaum Muslimin yang hanya berjumlah sekitar 300 orang dengan peralatan sederhana harus berhadapan dengan kaum musyrikin yang lebih dari 1.000 orang personil didukung peralatan yang lebih lengkap.
Tentunya itu menjadi sesuatu yang sangat tidak masuk akal, bila jumlah yang sedikit dapat mengalahkan jumlah yang jauh lebih banyak. Namun apa yang mustahil bagi Allah SwT jika Dia telah berkehendak? Tak ada satu pun yang mustahil bagi Allah. Bahkan seluruh orang di dunia ini tak akan mampu untuk membuat konsesi terhadap setiap putusan-Nya.
Kekalahan kaum musyrikin telah menunjukkan kebenaran risalah yang dibawah oleh Muhammad saw. Risalah yang dulu mereka injak-injak dan olok-olok itu, ternyata tidak seperti apa yang mereka sangkakan dulu. Ia bukan kebohongan, tetapi adalah kebenaran. Ia bukan provokasi menyesatkan, melainkan adalah cahaya yang menuntun kepada kebahagiaan.
Mata hati orang-orang yang meragukan ajaran Rasulullah Muhammad saw pun kini mulai terbuka. Mereka semakin yakin dengan Nubuwah dan Risalah Muhammad saw. Akibatnya berbondong-bondonglah orang yang menapaki jalan kebenaran itu. Terutama sekali penduduk Madinah, sehingga begitu pasukan Allah itu datang, mereka langsung memenuhi jalan-jalan di kota Madinah untuk menyambut Nabi saw dan para sahabat dengan sangat meriah. Walau begitu, masih banyak juga orang yang berdiri di sepanjang jalan yang tidak menyukai kemenangan umat Islam. Itulah kaum munafikin. Mereka terus mengumpat dalam hati atas keberhasilan tentara Allah SwT itu.
Sementara itu orang-orang yang dalam hati mereka melekat kuat ajaran-ajaran nenek-moyang mereka, tetap belum bisa menerima cahaya Islam. Mereka masih sulit untuk mneninggalkan keyakinan yang salah itu. Di antara sebabnya adalah karena tabiat mereka yang sangat teguh memegang adat, gengsi, atau hanya kejahiliyahan mereka saja.
Salah satu orang yang masih menolak masuk Islam adalah Ashiram bin Abdil Asyhal. Ia berasal dari Bani Abdil Asyhal.
***
Ketika panji Islam berkibar tinggi di Badar, sebenarnya Ashiram sudah mulai merasa yakin akan kebenaran ajaran Nabi saw. Namun perasaan itu terus disimpannya dalam hati. Meski setiap saat ia memang tidak pernah tenang, karena selalu diusik oleh panggilan suci yang bergema dalam jiwanya yang rindu.
Panggilan suci itu terus ditahannya, tetapi ternyata semakin ditahan malah menjadikannya semakin tersiksa. Akhirnya ia pun menumpahkan buncahan (kegelisahan, kekalutan, red) dahaga yang rindu akan “telaga” Ilahiyah itu dari jiwanya yang fitrah. Yakni, ketika rombongan Nabi saw berangkat menuju Uhud. Waktu itu Ashiram melihat betapa terangnya cahaya yang menyinari rombongan tersebut sampai keraguannya yang dulu hilang lenyap tak berbekas.
Ia kemudian bergegas menghampiri barisan kaum Muslimin itu. Di sana ia lalu menemui Rasulullah saw untuk menyatakan ke-Islamannya. Bahkan, ia juga langsung menegaskan kesediaannya untuk berjuang membela Islam sampai titik darah yang penghabisan. Tak lama kemudian perang Uhud pun meletus. Berkobarlah perang antara kebenaran dan kebatilan. Dan Ashiram, yang dulu berdiri di pihak yang batil, kini bertempur mati-matian membela kebenaran.
***
Ashiram yang telah menjadi Muslim dan Mukmin itu menebaskan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia terus maju dan tak pernah mundur. Keberaniannya sungguh luar biasa, sehingga setiap musuh yang berhadapan dengannya menjadi gentar dan ciut nyali.
Tetapi pada suatu saat yang menentukan, terjadilah takdir yang telah ditetapkan Allah bagi Ashiram. Sebuah senjata salah seorang musuh menembus tubuhnya. Dan tubuh yang sebelumnya berdiri tegak itu akhirnya terhuyung-huyung, lalu jatuh ke tanah.
Ketika perang berakhir, orang dari Bani Abdil Asyhal mencari saudara mereka dan menemukan Ashiram termasuk orang-orang yang hampir mati di tengah kaum Bani Abdil Asyhal yang terbunuh.
Kemudian mereka bertanya, “Apakah yang mendorong kamu untuk ikut dalam peperangan itu ? Apakah kamu ikut karena demi Islam ataukah kamu ikut untuk membela kaum Bani Abdil Asyhal?”
Ashiram menjawab, “Aku ikut berjuang itu demi Islam dan aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian aku ikut berjuang bersama Nabi sampai aku terkena senjata musuh seperti kamu saksikan ini.”
Setelah berkata demikian, tidak berapa lama wajah Ashiram yang cerah dengan senyum bahagia yang terpancar dari bibirnya, akhirnya lunglai lalu kaku. Ashiram telah mati. Padahal ia belum pernah shalat sama sekali semenjak ke-Islamannya. Tetapi, apa yang dikatakan Rasulullah saw ketika diberitahu tentang kejadian itu?
Waktu itu Rasulullah saw bersabda, “Orang itu termasuk ahli surga.” (Mahsun Sodiq)
Kiriman sdr. M Zoehry tgl 02/nov/2003
Bersin dan Menguap
Rasulullah bersabda:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta'alaa anhu, Rasulullah bersabda, "SungguhAllah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap, makajika kalian bersin maka pujilah Allah, maka setiap orang yang mendengarpujian itu untuk menjawabnya; adapun menguap, maka itu dari syaitan, maka lawanlah itu sekuat tenagamu. Dan apabil seseorang menguap dan terdengarbunyi: Aaaa, maka syaitan pun tertawa karenanya". Shahih Bukhari, 6223.
Imam Ibn Hajar berkata, "Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan
pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda
dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan,dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan.
Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap
menjadikan orang itu malas (Fath-hul Baari: 10/6077)
Nabi menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.
Rasulullah bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah
Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan
Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan
Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum (HR. Bukhari, 6224)
Dan para dokter di zaman sekarang mengatakan, "Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam !!! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh.
Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan "menguap" ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat
disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras
dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba'
(sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar
matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ
pernafasan.
Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha
Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh.
Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap
(Lihat Al-Haqa'iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155)
Kiriman sdr. Azim tgl 12/nov/2003
Aku Dimakamkan Hari Ini
Perlahan, tubuhku ditutup tanah, perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah langkah terakhir mereka aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang, sendiri, menunggu keputusan...
Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi, Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal, Apatah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat, rekan bisnis, atau orang-orang lain, aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.
Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian, Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga, Tangan kananku menghibur mereka, kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan, tetapi aku tetap sendiri, disini, menunggu perhitungan ...
Menyesal sudah tak mungkin, Tobat tak lagi dianggap, dan ma'af pun tak bakal didengar, aku benar-benar harus sendiri...
Tuhanku,
(entah dari mana kekuatan itu datang, setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya), jika kau beri aku satu lagi kesempatan, jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu, beberapa hari saja...
Aku harus berkeliling, memohon ma'af pada mereka, yang selama ini telah merasakan zalimku, yang selama ini sengsara karena aku, yang tertindas dalam kuasaku.
yang selama ini telah aku sakiti hati nya yang selama ini telah aku bohongi
Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini, yang kukumpulkan dengan wajah gembira, yang kukuras dari sumber yang tak jelas, yang kumakan, bahkan yang kutelan. Aku harus tuntaskan janji janji palsu yg sering ku umbar dulu
Dan Tuhan,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu, untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta ,
teringat kata kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka , maafkan aku ayah dan ibu , mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayang mu beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku, untuk sungguh sungguh beramal soleh ,
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu, bersama mereka ...
begitu sesal diri ini karena hari hari telah berlalu tanpa makna penuh kesia siaan
kesenangan yg pernah kuraih dulu, tak ada artinya sama sekali mengapa ku sia sia saja , waktu hidup yg hanya sekali itu andai ku bisa putar ulang waktu itu ...
Aku dimakamkan hari ini, dan semua menjadi tak terma'afkan, dan semua menjadi terlambat, dan aku harus sendiri, untuk waktu yang tak terbayangkan
( kiriman sdr. Widodo Kusseto tgl 29 /agust / 2003 )
Bismillahirrohmanirrohiim
Hari ini , blog yang berisi artikel religi hasil sharing e-mail dari sahabat - sahabat ku yang diridhloi Alloh SWT di mulai . Semoga langkah dan pikiran merupakan amal baik bagi seluruh umat manusia.
Tak lupa aku ucapkan terima kasih kepada sahabat yang telah meluangkan waktu dan kesediaanya mengirim artikel islami sebagai penambah wawasan dan keimanan.
Demikian semoga bermanfaat ...amieen !!!
Wassalam